SEHAT DARI MUSIK
Pengaruh Musik Bagi Kesehatan, Jiwa dan Kerja Otak Manusia
Tidak hanya itu saja, musik terbukti berpengaruh pada sistem saraf sensorik-motorik, sistem saraf sadar, dan sel saraf lain. Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Aplikasi Musik di Iran mengenai fungsi terapan musik terhadap kesehatan fisik dan mental manusia menunjukkan bahwa terapi musik bisa menjadi metode penyembuhan baru pada gangguan mental di kalangan anak-anak cacat mental. Penelitian itu membuktikan, terapi musik bisa meningkatkan rasa percaya diri dan mengontrol tindakan hyperaktif di kalangan anak-anak cacat mental serta bisa menciptakan perubahan mental dan perilaku yang signifikan.
Dr. Ali Zadeh Muhammadi, seorang psikolog klinis yang sudah hampir 20 tahun melakukan penelitian dan praktek terapi musik. Menurutnya, selain jenis musik, alat musik juga punya peranan penting. Untuk langkah awal, sebaiknya menggunakan jenis alat musik ritmik seperti jenis instrument musik pukul. Dr Ali Zadeh berpendapat, anak-anak cacat mental tidak bisa diajari dengan alat-alat musik yang rumit semacam gitar. Tapi mesti dengan instrumen yang sederhana dan mudah dimainkan serta cepat menjalin hubungan. Ditambahkannya, musik di kalangan orang-orang tuna netra memiliki pengaruh yang sangat ajaib, khususnya terhadap daya pendengaran mereka, sehingga banyak berpengaruh positif terhadap kualitas hidupnnya. Seruling merupakan instrumen penting dalam terapi musik.
Biasanya, para terapis membagi tema musik ke dalam lima jenis, yaitu musik bertema trance, melow, semangat, ceria, dan relaksasi. Musik bertema trance adalah jenis musik yang mengandung ungkapan rasa ceria yang luar biasa. Jenis musik semacam itu cocok untuk menyembuhkan orang yang mengalami tekanan mental atau stress. Musik yang berirama melow dan melankolis merupakan jenis musik yang menyayat perasaan. Musik semacam itu bisa menurunkan asupan sejumlah komposisi kimia dalam otak. Musik bertema melankolis dalam kondisi normal bisa mengurangi rasa sakit dan nyeri. Sementara jika didengar di saat sedih, bisa mempermudah bagi seseorang untuk menahan rasa duka. Namun, penggunaan musik bertema seperti itu secara berlebihan bisa menurunkan semangat dan kebencian. Musik bertema semangat merupakan jenis musik yang bisa membangkitkan reaksi kuat dan cepat yang disertai dengan tanggapan fisiologis.
Para komposer musik menggunakan tema semacam itu untuk meningkatkan gerakan badan. Jenis musik ini sangat diminati kalangan muda. Jika dimanfaatkan secara tepat, jenis musik ini bisa berdampak positif dan meningkatkan semangat. Jenis keempat adalah musik yang bernada ceria dengan sentuhan irama yang menenangkan. Musik seperti ini bisa meningkatkan gairah hidup dan memunculkan perasaan positif, sehingga bisa meningkatkan daya kerja. Jenis musik ini juga sangat bermanfaat untuk membangkitkan semangat dan keceriaan di kalangan anak-anak ataupun remaja. Jenis yang terakhir adalah musik relaksasi. Musik ini bernuansa lembut, monoton, dan datar. Kelembutan musiknya itu bisa menenangkan perasaan dan emosi manusia. Musik jenis ini dimanfaatkan untuk meningkatkan konsentrasi dan menyeimbangkan emosi. Sejatinya ada banyak cara untuk menciptakan ketenangan batin. Sebagian orang berusaha memperolehnya dengan mendengarkan musik, ada yang dengan membaca buku, melakukan wisata alam, atau bahkan hanya sekedar makan dan tidur.
Yang jelas, sains telah membuktikan bahwa beberapa jenis musik bisa membantu jiwa manusia menjadi lebih tenang dan seimbang. Beberapa jenis musik juga bahkan bisa menghapus rasa tertekan dan stress. Adanya pengaruh positif musik terhadap fisik dan psikologis manusia itu, menjadikan musik dimanfaatkan sebagai media penyembuhan. Tentu saja penggunaan musik harus digunakan secara proporsional. Tidak semua jenis musik bisa didenger dalam segala kondisi bahkan terkadang kita justru memerlukan keheningan untuk menenangkan perasaan. Bahkan suara nyanyian burung, gemercik aliran sungai, tetesan air hujan dan gemuruh ombak bisa menjadi musik terindah untuk menenangkan perasaan jiwa. Sejatinya musik tidak hanya terbatas dari suara yang dihasilkan dari instrumen atau suara manusia semata, tapi suara alam juga bisa menjadi sumber musik yang sangat menawan. Karena itu, jangan pernah melupakan suara nyanyian alam dan dengarlah keindahan musikalnya yang begitu natural.
Keterkaitan Antara Musik dan Manusia
Tanpa ada bentuk aktivitas manusia, tidak mungkin ada bunyi musikal atau karya musik yang tercipta. Manusia sendiri adalah sumber musik. Musik disini tidak hanya bunyi-bunyi dari alat-alat musik yang dipadukan. Musik disini berasal dari bunyi detak jantung dan nafas, yang tentunya bila dipadukan dengan baik akan menjadi nada yang indah. seluruh individu diberikan anugerah berupa potensi berbahasa musikal. Setiap diri kita sejak lahir diberi kesempatan untuk berbahasa secara musikal. Itulah sebabnya bayi manapun bisa diajak menari, menyanyi serta mencoba mengikuti ritme atau ketukan. Musik juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pikiran dan tubuh kita. Contohnya, ketika Anda mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika Anda bisa merasakan efek dari musik tersebut. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Sehingga ada musik yang membuat Anda gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain. Tidak jarang lagi pengetahuan mengenai musik yang memengaruhi jiwa maupun kelakukan pendengar. Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan “head banger”, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Satu lagi peranan musik yang tidak bisa dipungkiri berpengaruh langsung pada otak kita. Pasti, ketika mendengar lagu-lagu yang pernah kita kenal, otak akan memutar semua memori yang ada.
Mekanisme Musik Dalam Mempengaruhi Manusia
Anda harus memahami bahwa pola gelombang otak manusia untuk menentukan aktivitas tubuh seseorang dan pikiran. Oleh karena itu, yang sebelumnya diketahui bahwa musik berpengaruh lebih besar pada otak kanan, ternyata juga memengaruhi otak kiri akibat pancaran yang dilakukan oleh Corpus Callosum dengan menyebarkan informasi dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa musik memengaruhi kedua belah otak.
Akustik, suara, vibrasi, dan fenomena motorik sudah ditemukan sejak ovum dibuahi oleh sperma untuk membentuk manusia baru. Pada saat itu terdapat berbagai proses yang melingkupi telur dalam kandungan, berproduksi dengan gerakan dinamis, mempunyai vibrasi, dan memiliki suara tersendiri. Misalnya, bunyi yang dihasilkan oleh dinding rahim, denyut jantung, aliran darah, bisikan suara ibu, suara dan desah napas, mekanisme gerakan dan gesekan tubuh bagian dalam, gerakan otot, proses kimiawi dan enzim, serta banyak lainnya. Semua ini dapat dikelompokkan sebagai sebuah kesempurnaan suara. Semua jenis bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian teratur yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini. Pertama: jarak retikuler-talamus. Musik akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kedua: melalui Hipotalamus mempengaruhi struktur basal “forebrain” termasuk sistem limbik, Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks. Seorang peneliti Ira Altschuler mengatakan “Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi.”
Gilman dan Newman (1996) mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran, sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri kesebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki dua bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum kebelahan otak kiri. Akibatnya, kemampuan tersebut berpengaruh pada perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir seluruh bagian otak.
Dampak Positif
Musik yang Anda dengar akan merangsang sistem saraf yang akan menghasilkan suatu perasaan. Perangsangan sistem saraf ini mempunyai arti penting bagi pengobatan, karena sistem saraf ambil bagian dalam proses fisiologis. Dalam ilmu kedokteran jiwa, jika emosi tidak harmonis, maka akan mengganggu sistem lain dalam tubuh kita, misalnya sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem immune, sistem metabolik, sistem motorik, sistem nyeri, sistem temperatur dan lain sebagainya. Semua sistem tersebut dapat bereaksi positif jika mendengar musik yang tepat. Musik akan merangsang sistem ini secara otomatis, walaupun seseorang tidak menyimak atau memperhatikan musik yang sedang diputar. Jika sistem ini dirangsang maka seseorang akan meningkatkan memori, daya ingat, kemampuan belajar, kemampuan matematika, analisis, logika, inteligensi dan kemampuan memilah, disamping itu juga adanya perasaan bahagia dan timbulnya keseimbangan sosial.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta psikologi membuktikan bahwa musik bisa dijadikan terapi dan berpengaruh dalam mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif. Musik juga mempengaruhi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, sistem pernafasan, sistem metabolik, sistem kardiovaskuler dan beberapa sistem lainnya dalam tubuh. Dari berbagai penelitian ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, rasa nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia, kanker, psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan, dan rasa nyeri lainnya.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Suatu jenis musik yaitu musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.
Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus pada otak mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid, hormon adrenal cortex, hormon sex, bahkan dapat mengontrol seluruh metabolisme tubuh kita. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan Luteinizing Hormone (LH) hormon sex yang merangsang pematangan sel telur pada saat mendengarkan musik.
O’Sullivan (1991) mengemukakan bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin kita ketahui dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut jantung menurun.
Penderita insomnia yang mendengarkan pianio klasik selama empat minggu mengalami perbaikan tidur. Terapi ini meningkatkan kadar melatonin, zat kimia otak yang mendorong tidur nyenyak.
Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Hasil penelitian yang dilakukan Campbel menunjukkan bahwa musik mampu menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap oleh pendengaran kita dan diolah di dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang mereorganisasikan interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mengakibatkan tubuh mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik sehingga tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit.
Selain itu musik juga dapat meningkatkan intelegensi. Penyebabnya adalah karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak. Ritme internal yang dihasilkan musik membuat saraf-saraf otak bekerja, rasa nyaman dan tenang yang distimulasi musik membuat fungsi kerja otak bekerja optimal. Bila hal ini sering dilakukan, fungsi kerja otak kita akan semakin prima, sehingga kemampuan berpikir kita lebih jernih dan tajam, serta mencegah kepikunan (alzheimer). Perlu kita ketahui bahwa bagian kanan otak kita berkaitan dengan kecerdasan dan perkembangan artistik dan kreatif, bahasa, musik, imajinasi, warna, pengenalan diri, sosialisasi dan pengembangan kepribadian. Karena itu, rangsangan ritmis dari musik yang diperdengarkan juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, meningkatkan kreativitas, serta meningkatkan konsentrasi dan daya ingat kita.
Dampak Negatif
Dampak negatif yang pertama yaitu, mendengarkan musik terlalu keras. Musik bisa mengisolasi pendengarnya dari khalayak ramai. Ketika mengemudi, orang-orang biasanya mendengarkan musik untuk mengurangi kebisingan terhadap situasi sekitar. Akhirnya mereka pun mengencangkan volume untuk menghadang suara dari luar. Sebagai perbandingan, level berbicara manusia adalah sekitar 60 desibel, jalanan yang ramai sekitar 80 desibel, mesin potong melingkar 90 desibel, bayi menangis 11 desibel. Sedangkan ambang bahaya untuk pendengaran adalah 125 desibel. Dan sekali saja mendengarkan kebisingan lebih dari batas itu dapat merusak pendengaran secara permanen.
Kedua yaitu, peneliti David A. Noebel menemukan bahwa ritme musik rock dapat mengganggu kadar insulin dan kalsium dalam tubuh. Sumber makanan otak kita didapat dari gula dalam darah, namun bila darah lebih banyak dialirkan ke organ lainnya, maka otak akan kekurangan gula. Dengan demikian daya pikir dan pertimbangan moral juga menjadi tumpul. Tidak heran bila orang mendengar musik rock dalam sebuah konser, mereka dapat berbuat apa saja, tanpa pertimbangan. Jantung manusia berdenyut 70-80 kali per menit dengan teratur, denyut jantung bila didengar dengan stetoskop akan berbunyi DUG-dug-…… Bunyi pertama lebih keras, bunyi kedua lebih lemah, diikuti fase istirahat. Musik yang baik memiliki ritme DUG-dug-DUG-dug untuk 4/4 dan DUG-dug-dug untuk 3/4. Ini adalah jenis irama yang sehat, karena sesuai dengan ritme tubuh. Musik rock memiliki ritme yang terbalik, dug-DUG-dug-DUG. Ritme yang lebih keras jatuh pada ritme ke-dua dan ke-empat. Atau dug-dug-DUG, sehingga ritme keras jatuh pada ritme ke-tiga, dikenal dengan istilah “back beat”/anapestic beat. Ritme keras bahkan dapat jatuh pada sembarang tempat, disebut sebagai “break beat”. Ritme demikian berbahaya bagi tubuh, karena berlawanan dengan ritme tubuh yang sehat.
Ketiga, tak jarang terdengar anak kecil mencoba melantunkan lagu-lagu cinta orang dewasa. Padahal, tak sedikit lagu cinta orang dewasa berisi lirik-lirik yang menyinggung seksualitas. Seperti diketahui, usia anak-anak adalah usia terbaik untuk menyerap informasi. Lagu-lagu dan lirik di dalamnya bisa dengan mudah terserap oleh anak dan dianggap sebagai pengetahuan. Studi terkini dari Cougar Hall yang diterbitkan dalam Springer’s Journal Sexuality and Culture mengatakan, referensi seksual dalam lagu bisa membuat anak berpikir nilai diri mereka dalam tatanan masyarakat adalah untuk memberikan kepuasan seksual kepada orang lain, berisiko memandang rendah arti tubuhnya, depresi, masalah dengan makanan, penyalahgunaan obat-obatan, dan lainnya.
Keempat, kebiasaan tidur sambil mendengarkan musik menurut sebagian orang kondisi seperti itu membuat mereka menjadi lebih cepat tertidur. Tetapi pada kenyataannya setelah terbangun mereka merasa lebih tegang (stress). Bahkan ada yang merasa seperti tidak tidur semalaman. Pada saat kita tidur sebetulnya otak tidak pernah tidur. Otak selalu menjalankan aktivitasnya walaupun tidak sesibuk seperti di saat bangun, yaitu menjalankan sistem metabolisme tubuh. Pada malam hari, seiring menurunnya aktivitas tubuh, ritme gelombang otak pun mengalami penurunan. Namun apabila kita tidur sambil mendengarkan musik, maka gelombang suara yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tetap diterima oleh indera pendengaran kita. Gelombang suara diterima oleh alat pendengaran di dalam telinga. Gelombang-gelombang tersebut akan diteruskan ke otak kita. Otak yang harusnya beristirahat akan kembali terangsang untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk. Apabila hal ini berlangsung sepanjang malam, berarti kita hanya tidur menurut tubuh luar, tetapi tidak menurut otak.
Komentar
Posting Komentar